Sebenarnya Laki-Laki
anak laki-laki itu meskipun terlihat tegar, tapi sebenarnya gampang merasa kesepian dan rapuh hatinya suatu waktu. ( kuncir kecil, 2011 )
Hal ini terjadi pada sekian banyak pemuda yang konon begitu bahagia menjalani hidupnya disiang hari,tapi begitu rapuh malam harinya.Memandangi atap rumah dengan tatapan kosong atau memeluk guling erat-erat.
Kau pernah lihat ayahmu yang ternyata begitu rapuh ketika ketiadaan ibumu, atau kepada seorang pecinta yang begitu gundah kehilangan kekasih hatinya.
Laki-laki diciptakan untuk kesepian,kesepian sejak lahir. Sejak pertama kali ia mengenal perempuan, ibunya. Ia tidak pernah ingin berpisah. Keberadaan perempuan itu dimana-mana jauh lebih menenangkan dari pada kehadiran laki-laki. Ayahnya.
Sejak pertama kali mengenal kehangatan perempuan tersebut,hingga sedewasa ini laki-laki sulit menghilangkan bayang-bayangnya.Sejak tahu bagaimana lembutnya tangan ibunya mengelus kepalanya atau bagaimana perhatianya ibunya ketika ia sakit.
Laki-laki sejak itu pula ditakdirkan mudah tersentuh hatinya jika ada perempuan mana saja yang lemah dan butuh pertolongan.Ia bisa merasa menjadi laki-laki ketika ada seseorang yang bisa ia lindungi.
Sejak itu pula,dia membuka diri untuk siapa saja yang bersedia ia lindungi,nyatanya tidak semua perempuan dunia ini percaya begitu saja.
Kasihan sekali … . .
Dan sekalinya ada seseorang yang dengan senang hati bersedia memberikan seluruh jaminan keamanannya kepadanya, betapa bahagianya laki-laki tersebut.
Lengkap sudah hidupnya,ia menjadi berguna,ia dipercaya.
Bukankah sangat sulit memberikan kepercayaan kita kepada orang lain sampai sejauh itu? apalagi untuk seorang perempuan.
Sebenarnya Perempuan
Tulisan ini menjawab tulisan Kurniawan Gunadi.
Saya akan bercerita tentang perempuan, sedikit saja. Karena kami sendiri begitu kompleks, bahkan kami terkadang sering tidak tahu apa yang kami mau. Dan jika ada perempuan yang berteriak ‘tidaaak’ atas tulisan saya, saya paham, karena manusia diciptakan berbeda-beda.
Sebenarnya perempuan, adalah wanita yang mudah jatuh cinta. Bayangkan, kami akan dengan mudahnya jatuh cinta pada dia yang berada di rahim, padahal belum pernah melihatnya sama sekali. Karena kami adalah perasa, kami merasakan ada cinta yang begitu tulus, mengalir dalam darah, mengikuti detak jantung kami, dan keinginan berjuang bersama.
Apalagi dengan dia yang sudah berada di hadapan kami, memberikan kenyamanan, menyediakan pundak, mengulurkan tangan memberikan bantuan, hingga tempat mengeluh dikala resah. Sssst, kami begitu mudah jatuh cinta.
Karena setiap senyum yang diberikan, akan membuat kupu-kupu di perut kami berterbangan senang. Karena setiap pertolongan yang diberikan membuat aliran darah melaju cepat, memompa jantung tanpa jeda, membuat girang senang. Karena setiap keluh kesah yang diceritakan, menyisakan hangat dihati dan menghasilkan semburat merah di wajah.
Sayangnya, kami akan lebih memilih diam, tidak mengatakannya. Karena kami takut, kami takut sekali kami tenggelam dalam asumsi yang berlebihan. Perempuan, senang sekali menarik benang merah dari setiap kejadian. Menghubung-hubungkannya dalam diam. Kemudian terisak dalam keheningan. Akhirnya banyak bertanya, ‘Benarkah perasaan ini?’ Hingga nanti berakhir lelah, kemudian kami memutuskan untuk menyerah.
Jadi, salah kami tidak mudah percaya (lagi)?
Labels: laki-laki, perempuan, thoughts